Putra
kedua Bima dengan seorang putri bangsa Raksasa dari negri Pringgandani.
Kelahiran Gatotkaca dianggap sebagai buah dari sebuah rekayasa bangsa Dewa.
Demi wibawa bangsa Dewa, Bima dijodohkan dengan Arimbi, dengan sebuah
pamrih akan melahirkan seorang bayi yang kuat dan berani seperti bangsa
Raksasa, serta pandai dan cerdas seperti seorang bangsa Manusia.
Bangsa
Dewa yang kala itu mendapat rongrongan wibawa dari Prabu Kalapracona,
raja negri Gilingwesi. Gatotkaca pun dibuat cepat dewasa, agar segera
bisa menjadi jago bangsa Dewa menghadapi serangan bangsa Gilingwesi.
Gatotkaca juga diberi kesaktian yang luar-biasa. Kecepatan terbang yang
jauh diatas rata-rata kecepatan terbang ksatria pada umumnya. Kulit dan
badannya sekeras baja. Tak ada senjata tajam yang mampu melukainya.
Tapi pada saat yang sama, bangsa Dewa juga mencipta senjata Konta
Wijayadanu, satu-satunya senjata yang bisa melukai Gatotkaca, dan hanya
bisa digunakan sekali pakai.
Gatotkaca adalah seorang patriot.
Dia begitu patuh pada negrinya, pada keluarganya, dan pada kebenaran
yang dipegangnya. Dia juga tidak mau berkompromi dengan Sitija atas
sengketa batas wilayah negrinya, Pringgandani dengan wilayah
Trajutrisna. Sengketa di wilayah Tunggarana. Dia sangat berdisiplin
dalam menjaga wilayah kedaulatan negrinya dan keluarganya, dari wilayah
negrinya paling utara perbatasan Pringgandani, ke selatan ke wilayah
Amarta, sampai wilayah Dwarawati paling selatan.
Dia juga
membantu Arjuna menggagalkan penyerbuan Prabu Niwatakawaca, dari negri
Imaimantaka, ke kahyangan Jonggring Saloka. Dia hanya diam, walaupun
semua bangsa Dewa hanya tahu bahwa yang berjasa atas penggagalan
penyerbuan itu hanya Arjuna seorang. Bangsa Dewa menganggap biasa saja
peran Gatotkaca atas peristiwa itu, karena menurut mereka, memang
demikianlah tujuan Gatotkaca dilahirkan.
Gatotkaca sendiri yang
memadamkan pemberontakan di negrinya yang dipimpin oleh paman-pamannya
sendiri, Brajadenta, Brajamusti, Brajalamatan, dan Brajawikalpa.
Gatotkaca juga menanggung rasa bersalahnya sendiri, ketika tanpa sengaja
membunuh pamannya yang lain Kalabendana, yang sangat mencintainya.
Gatotkaca belajar banyak tentang ilmu kautaman dengan Petruk dan Resi
Hanoman. Pernah juga berguru kepada Resi Seta, seorang ksatria dari
negri Wirata.
Menjelang perang Baratayudha, Gatokaca diangkat
oleh Yudhistira menjadi panglima pasukan pihak Pandawa. Gatotkaca juga
diberi kepercayaan untuk menjaga seluruh wilayah Kurusetra, tempat
berlangsungnya perang, agar bisa dijaga bahwa perang akan dilakukan
secara ksatria.
Gatotkaca juga patuh, ketika Kresna, penasihat
perang pihak Pandawa, justru memintanya agar tidak mengeluarkan seluruh
kesaktiannya saat perang di Kurusetra. Gatotkaca lebih banyak diminta
menjaga dari udara, dan turun bila memang perlu benar. Dia juga patuh
ketika diminta untuk mengeluarkan kesaktiannya justru disaat pihak
Kurawa, di medan laga dipimpin langsung oleh sang panglima, Adipati
Karna, yang telah dihadiahi senjata Konta Wijayadanu oleh Batara Indra,
beberapa bulan sebelum perang.
Gatotkaca sadar betul bahwa saat
diminta maju ke medan laga, bahwa itu berarti dia akan sengaja
dikorbankan menjadi tumbal bagi pihak Pandawa. Agar senjata Konta yang
hanya bisa dipakai sekali itu, terhujam ke tubuhnya, sehingga Arjuna
selamat dari ancaman Karna.
Dihari menjelang kematiannya,
Gatotkaca menggempur prajurit pihak Kurawa secara luar biasa, Hari itu
adalah hari dimana Kurawa kehilangan prajuritnya dalam jumlah yang
sangat luar biasa besar dibanding dengan hari-hari lain selama
Baratayudha. Membuat Karna geram, dan berkeputusan melepas Konta.
Gatotkaca mati dengan Konta menembus dadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar